Langsung ke konten utama

Malam Terakhir

Finally. Setelah hampir tiga tahun menunggu. Akhirnya ini menjadi malam terakhir saya menyandang status sebagai redaktur. Alias tukang edit berita. Karena esok, posisi ini tak lagi saya emban. Sejak sebulan terakhir, saya memang sudah rangkap job. Setengah hari sejak pagi pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB menjadi sekretaris redaksi. Duduk di ruangan tersendiri di lantai dasar. Menggunakan sepatu ala kantoran lengkap dengan celana katun dan blazer. Sedangkan sore harinya selepas magrib saya harus ke kantor lagi untuk menyelesaikan halaman saya. Tentunya dengan kostum ternyaman dalam hidup saya, jeans, sandal jepit dan kaos. Tampilan yang kontras jika dibandingkan dengan pagi hari yang full make up dan malam hari tanpa bedak sedikitpun. He..he..




Ada sederet rencana yang ingin saya lakukan dengan jadwal kerja saya yang baru. Ingin memiliki mesin jahit supaya bisa utak atik bahan, ingin punya oven di rumah plus full set peralatan memasak. Ingin punya kebun kecil. Hidroponik yang lagi happening sekarang. Kursus nyetir. Terakhir tentunya ingin tetap menulis. Ya, sampai kapanpun saya tetap ingin menulis karena saya bangga dengan profesi saya sebagai wartawan. Makanya blog ini kekeuh saya buat. Karena ini akan menjadi wadah saya untuk terus menulis

Saya memulai profesi sebagai wartawan sejak 25 Agustus 2008. Tak mudah menjejakan kaki di dunia ini meskipun menulis bukan sesuatu yang asing buat saya. Saat di bangku kuliah Alhamdulillah saya sudah beberapa kali mewakili kampus diajang karya ilmiah. Ternyata menulis berita berbeda dengan menulis sebuah karya ilmiah. Sempat hopeless juga menghadapi “keras”nya dunia jurnalisitik. Namun akhirnya bisa terlewati. Setelah proses trainning 3 bulan, saya berhak menggunakan kode “adn" dalam setiap berita yang saya tulis. Kepuasan tersendiri dalam menulis berita, adalah ketika berita yang kita tulis berbeda dari berita orang lain. Terpampang besar sebagai headline di halaman utama serta bisa mempengaruhi sebuah kebijakan dari tiada menjadi ada.

Era saya di lapangan memang tak lama. Saya terbilang cukup beruntung bila dibandingkan dengan teman-teman seangkatan saya. Karena sekitar April 2011 saya sudah dipercaya memegang halaman sebagai redaktur. Sampai malam ini, Jumat , 31  Juli 2015. Artinya empat tahun sudah.  Ngedit itu paling enak, kalau telinga diganjal headset sambil mulut terus ngemil coklat ! Terus ketemu berita wartawan yang tajam-tajam bukan acara ceremonial yang isinya cuma ha..ha..hi..hi...

Profesi ini mengajarkan saya banyak hal. Bahwa dunia tak hanya hitam dan putih seperti yang biasa saya lihat dengan “kacamata saya” saat masih berstatus mahasiswa dengan aksi menikmati demontrasi.  Tidak sedikit yang mengagumi profesi ini, namun tidak sedikit pula yang mencemooh dan memandang negatif. Bagi saya itu hal yang biasa. Cukup tersenyum sajalah. Karena apapun profesi kita, tergantung diri kita lah yang akan membuat profesi ini tetap terhormat. Dan saya bangga dengan profesi ini.

Saya memang sudah nyaris tiga tahun menanti malam ini. Bukan karena saya tak suka. Tidak. Sebaliknya jika mengikuti mimpi di hati, sejatinya saya ingin tetap menjadi redaktur hingga suatu saat menduduki posisi pemimpin redaksi. Karena posisi itu ada adalah prestasi pencapaian tertinggi dalam dunia jurnalis sebagai seorang wartawan. Menjadi pimpinan sebuah majalah perempuan sekelas Cosmopolitan menjadi mimpi saya sejak duduk di bangku kuliah. (amin, Cosmopolitan sekelas Fira Basuki itu walaaaaaah)

Tapi saya memiliki seorang anak perempuan yang sejak berumur 3 bulan sudah harus saya tinggalkan malam-malamnya. Saya tak pernah mengisi malamnya dengan dongeng, atau membacakan buku cerita. Sebaliknya saya meninggalkan dirinya dengan televisi yang berisi tayangan film kartun. Terus terang saya rindu dan ingin menjalankan profesinya saya sebagai seorang ibu. Karena masa kecilnya tak akan lama. Selamat datang ritme kehidupan yang baru. (**)





Komentar